sumber : Mother And Baby
Pada usia dua tahun anak mulai mengumpulkan perbendaraan kata. Meski
kemampuan berbicara sifatnya alami, orangtua harus rajin mengasahnya.
Di usia dua tahun kemajuan si kecil tumbuh pesat. Berbagai rangsangan
diperlukan guna mengoptimalkan perkembangannya, termasuk kemampuan
berbicara. Saat ini kebanyakan bentuk-bentuk komunikasi pra-bicara yang
tadinya sangat bermanfaat di masa bayi, seperti mengoceh, bubbling, dan
menangis, mulai ditinggalkan.
Menurut Pakar Psikologi Perkembangan Elizabeth B. Hurlock, anak usia
dua tahun mungkin mulai menggunakan bahasa isyarat sebagai pelengkap
pembicaraan, yaitu untuk menekankan arti kata-kata yang diucapkan.
Misal, jika ingin pergi, dia berkata “pergi” sambil menunjuk ke pintu
rumah, atau menenteng sepatunya. Untuk minta bangun dari tidur, dia
berkata “yuk bangun ” sambil turun sendiri dari ranjang. Untuk mwnolak
makan dia bilang “nggak mau” sambil menutup mulut atau melarikan diri,
dll. Selain itu, lanjut Hurlock, anak-anak pun mulai rajin berkomunikasi
dengan orang lain menggunakan ungkapan-ungkapan emosional yang mulai
bisa diterima.
Kembangkan Perbendaharaan Katanya
Pakar mencatat, rata-rata anak usia dua tahun mempunyai kemampuan mengucapkan 200 kata, tetapi tercakup dalam angka rata-rata ini adalah mereka yang hanya mampu mengucapkan selusin kata maupun yang mampu mengucapkan 500 kata atau lebih. Artinya, kemampuan ini memnag berbeda-beda. Ada anak yang baru mulai menggabungkan kata-kata sederhana, namun ada juga yang mencoba menggabungkan kata berbulan-bulan untuk kalimat yang sulit.
Pakar mencatat, rata-rata anak usia dua tahun mempunyai kemampuan mengucapkan 200 kata, tetapi tercakup dalam angka rata-rata ini adalah mereka yang hanya mampu mengucapkan selusin kata maupun yang mampu mengucapkan 500 kata atau lebih. Artinya, kemampuan ini memnag berbeda-beda. Ada anak yang baru mulai menggabungkan kata-kata sederhana, namun ada juga yang mencoba menggabungkan kata berbulan-bulan untuk kalimat yang sulit.
Nah, agar kemampuan komunikasi verbal anak cukup baik, orangtua harus
membantunya. Menurut Psikolog Perkembangan Pamugari Widyastuti M.Psi,
orangtua harus banyak-banyak mengajak anak berbicara, sembari
mengenalkan lingkungan seperti sekolah, rumah, kebun, kebun binatang,
dan segala sesuatu yang ada di lingkungan tersebut. ”Selain itu
kenalkanlah juga anak pada konsep-konsep sederhana seperti besar-kecil,
atas-bawah, basah-kering, dsb. Lanjutkan dengan buku-buku yang
menerangkan lebih lanjut tentang hal itu, seperti buku cerita binatang
dan buku tentang berbagai bentuk.”
Pada usia ini, cara terbaik membuat anak berbicara adalah dengan
berbicara kepadanya. Meskipun pada umumnya orangtua secara alami akan
mahir memajukan kemampuan bicara anaknya, tetapi usulan-usulan berikut
ini bisa lebih memajukan percakapan dengan anak:
1. Mengembangkan kata-kata anak. Kembangkan kata-kata yang diucapkan oleh anak, maka tidak lama lagi percakapannya akan berkembang. Misal, ketika dia berkata “Rumah besar”, tambahkanlah “Itu rumah yang besar, dan rumah yang tinggi. Lihat betapa tingginya sampai ke langit.
1. Mengembangkan kata-kata anak. Kembangkan kata-kata yang diucapkan oleh anak, maka tidak lama lagi percakapannya akan berkembang. Misal, ketika dia berkata “Rumah besar”, tambahkanlah “Itu rumah yang besar, dan rumah yang tinggi. Lihat betapa tingginya sampai ke langit.
2. Berbicara secara spesifik. Utarakan pengamatan Anda dengan sejelas
mungkin. Ketika Anda ingin menunjukkan seekor kucing yang memanjat
pohon, jangan hanya mengatakan “Lihat!” tapi katakan “Lihat! Saya
melihat seeokor kucing putih sedang memanjat pohon. Mungkin dia sedang
mengejar burung.”
3. Memberi penjelasan. Warnai kata-kata anak dengan kata pelengkap.
Jangan hanya mengatakan “Itu anjing.” Tapi katakanlah, “Itu seekor
anjing berwarna coklat dengan bulu yang lebat. Ia memakai ikat leher
yang bagus dan berwarna merah.”
4. Sedikit memperumit. Menggunakan kalimat sederhana dan singkat
untuk batita, memang bijaksana. Namun ada saatnya si kecil harus
mendapat tantangan untuk mendengar kalimat-kalimat yang lebih rumit.
Tetapi Anda perlu berbicara dengan ucapan yang jelas dan cukup didengar.
Selain itu siaplah mengulang apa yang tidak dapat ditangkap oleh anak.
5. Melanjutkan percakapan. Bahkan jika si kecil belum bisa
menggunakan kalimat, dia dapat mengikuti, menambahkan, dan pada akhirnya
berpartipasi dengan penuh setiap percakapan dengan Anda.
6. Terus bertanya. Memberikan pertanyaan pada anak masih merupakan
cara yang efektif untuk membangun kemampuan verbalnya. Ajukan pertanyaan
yang menantang (tapi tidak membuatnya frustasi) perbendaharaan anak,
tidak perlu juga sebuah pertanyaan yang perlu di jawab.
Misal, jika anak bertanya “apa itu?’
Coba jawab dengan “Menurutmu apa?”
Misal, jika anak bertanya “apa itu?’
Coba jawab dengan “Menurutmu apa?”
7. Terus membaca. Membaca akan mengajar banyak hal tentang bahasa pada seorang anak, selain juga menyenangkan.
8. Bermain kata-kata. Mungkin masih terlalu dini untuk bermain
scrabble, tetapi sudah waktunya bagi anak untuk bermain “apa itu?”.
Peraturannya sederhana saja, saat Anda membacakan buku pada si kecil,
sesekali berhentilah dan tanyakan tentang benda-benda yang ada di dalam
buku tersebut.
9. Memperkenalkan alfabet. Pengenalan ABC ini berguna agar anak tidak
merasa asing saat pelajaran membaca di mulai, selain juga akan membantu
pengucapannya. Pengenalan ini bisa dengan nyanyian atau pun lewat
buku-buku, lakukanlah tanpa memberikan paksaan pada si kecil.
10. Tunda pelajaran tata bahasa. Si kecil akan belajar banyak tentang
tata bahasa yang benar dengan mendengarkan pembicaraan Anda, daripada
mendengar kritikan dari ucapannya. Anda sendiri mengikuti peraturan yang
benar, tetapi jangan memaksakan pada anak. Untuk saat ini, biarkan
kata-kata mengalir dengan wajar – termasuk semua kesalahannya.
PANDAI BICARA, LEBIH MANDIRI
Pakar Perkembangan Anak Elizabeth B. Hurlock, dalam buku “Psikologi Perkembangan” menyatakan bahwa di masa awal kanak-kanak, Si Kecil mempunyai keinginan kuat untuk belajar berbicara. Ini disebabkan dua hal, pertama, belajar berbicara merupakan sarana pokok dalam sosialisasi. Anak-anak yang lebih mudah berkomunikasi dengan teman sebayanya akan lebih mudah mengadakan kontak sosial dan lebih mudah diterima oleh kelompok, daripada anak yang mempunyai kemampuan komunikasi terbatas.
Pakar Perkembangan Anak Elizabeth B. Hurlock, dalam buku “Psikologi Perkembangan” menyatakan bahwa di masa awal kanak-kanak, Si Kecil mempunyai keinginan kuat untuk belajar berbicara. Ini disebabkan dua hal, pertama, belajar berbicara merupakan sarana pokok dalam sosialisasi. Anak-anak yang lebih mudah berkomunikasi dengan teman sebayanya akan lebih mudah mengadakan kontak sosial dan lebih mudah diterima oleh kelompok, daripada anak yang mempunyai kemampuan komunikasi terbatas.
Kedua, belajar berbicara merupakan sarana untuk memperoleh
kemandirian. Anak-anak yang tidak dapat mengungkapkan keinginan dan
kebutuhannya, atau yang tidak dapat berusaha agar dimengerti orang lain
cenderung diperlakukan sebagai bayi dan tidak dapat memperoleh
kemandirian yang diinginkan. (Rahmi)